dunia kerja

17+ Serba-Serbi Dunia Kerja yang Wajib Kamu Ketahui [Terlengkap]

Dunia kerja itu ada saja serba-serbi dan lika-likunya. Entah bagi yang baru mau kerja alias fresh graduate, ataupun yang sudah bertahun-tahun bekerja alias senior.

Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi, budaya, bahkan kondisi tak terduga seperti pandemi. Semuanya benar-benar mengubah dunia kerja jadi sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Dari yang dulu bekerja di kantor, sekarang harus WFH. Dulu bisa lamar kerja modal IPK, sekarang perlu pengalaman organisasi dan portofolio. Belum lagi yang dulu saingan satu almamater untuk dapat kerja, sekarang saingannya bisa lulusan almamater luar negeri.

Benar-benar berubah, kan?

Itu kenapa, tak ada salahnya buat kamu untuk terus update info seputar dunia kerja. Biar kamu tetap siap dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan karir masa depan. Buat jaga-jaga juga supaya kamu nggak kena skenario terburuk seperti lay-off.

Update kondisi dunia kerja ini bukan cuma buat fresh graduate ya. Tapi juga untuk siapapun dengan kondisi dan background apapun. Entah itu pejuang loker, freelancer, senior, manager, bahkan yang mau berubah karir sekalipun.

Yuk, kita sama-sama bahas serba-serbi dunia kerja terkini!

Mengenal Dunia Kerja: Bagaimana Kondisinya Saat Ini?

Bagi kamu yang belum lama bekerja, mungkin akan menganggap dunia kerja begitu-begitu saja. Namun nyatanya, kondisi kerja yang sekarang sudah jauh berbeda lho dari berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Sekitar 50 tahun lalu, sebuah komputer seukuran satu ruangan hanya memiliki memori sebesar USB. Kini, laptop punya kapasitas ratusan kali lipat dan setiap orang wajib membawanya untuk bekerja.Tempat kerja saat ini lebih peduli pada kesehatan mental. Makanya banyak kegiatan internal yang diadakan untuk memastikan karyawan betah dan bahagia. Misal: outing, olahraga, nonton bareng, dll.
Keamanan kerja juga lebih diperhatikan sekarang. Buktinya, setiap pekerja mendapatkan asuransi baik dari pemerintah maupun swasta.Di tahun 1950-an, ⅔ pasar tenaga kerja didominasi oleh laki-laki. Kini, lebih banyak perempuan yang bekerja. Bahkan persentase perempuan dan laki-laki hampir seimbang.
Kini lebih banyak tempat kerja yang peduli pada work-life balance atau keseimbangan antara kehidupan kerja dan personal.Sistem bekerja jadi lebih fleksibel. Bukan cuma terbatas pada kerja full-time saja, tapi sekarang ada pilihan untuk jadi part-timer atau freelancer.
Sumber: https://www.training.com.au/ed/how-the-workplace-changed-in-50-years-and-how-to-prepare-for-the-next-50/

Perubahan kondisi kerja ternyata bukan cuma ada di aspek teknologi yang digunakan. Tapi juga merembet ke hal-hal yang sifatnya lebih personal, seperti keamanan dan kesehatan mental. 

Tentu saja ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan ini. Mulai dari inovasi teknologi yang terus-menerus dilakukan, perubahan undang-undang, aktivisme pekerja, sampai dengan dampak globalisasi yang membuat dunia jadi lebih dekat.

Namun, di antara semua faktor itu, tidak ada yang lebih dahsyat pengaruhnya daripada pandemi COVID-19. Konon, pandemi yang muncul sejak akhir tahun 2019 ini benar-benar mengubah kondisi kerja di seluruh dunia.

Baca juga: 15 Pertanyaan Interview Kerja dan Cara Menjawabnya

Pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia anjlok sampai 5 persen, sebuah bukti kalau kita menghadapi krisis ekonomi terbesar di generasi ini. Kegiatan ekonomi seperti (kunjungan ke berbagai tempat strategis seperti pasar, museum, cafe, dll) di seluruh dunia anjlok sampai 60 persen. Di bulan Desember 2020, tercatat ada 15 juta penerbangan yang dibatalkan. Angka ini setara dengan 50 ribu penerbangan yang dibatalkan tiap harinya.

Jelas saja kalau jutaan orang kehilangan pekerjaannya. Kalaupun tidak, banyak juga yang mendapat pengurangan jam kerja. Terutama orang-orang yang bekerja di sektor yang tak bisa dibawa ke ranah online seperti bisnis retail.

Banyak perusahaan bertahan di kala pandemi dengan mengadaptasi berbagai teknologi, baik untuk kebutuhan internal maupun untuk berhubungan dengan klien.Pandemi mendorong 25 persen pekerja di seluruh dunia untuk berganti pekerjaan.
Industri e-learning meningkat pesat di kala pandemi.Opsi kerja remote atau WFH semakin diminati pekerja.
Sistem kerja menjadi lebih fleksibel. Tidak cuma opsi part-time atau by project, tetapi keleluasaan dengan jam kerja yang bebas.Lebih banyak perusahaan yang memperhatikan dan memprioritaskan kesehatan mental pekerjanya.
Sumber: McKinsey, Guide2Research, Rockefeller Foundation

Menariknya, di balik dampak negatif COVID-19 ini, kondisi kerja dengan basis online justru semakin jaya. Riset McKinsey menyebutkan bahwa pandemi mempercepat adaptasi kerja remote, jual beli online, dan penggunaan sistem otomatis (AI).

Hal ini juga lah yang mendorong 25 persen pekerja di seluruh dunia untuk berganti pekerjaan. Riset dari Pew Research Center juga menunjukkan hal serupa. Setidaknya 66 persen penduduk Amerika Serikat yang sedang tidak bekerja berencana untuk mengubah karirnya.

Kebanyakan dari mereka ingin mengubah karir agar lebih mudah beradaptasi ke dunia kerja yang serba online. Sebagian lagi, ingin mengejar jenjang karir yang lebih jelas dan gaji yang lebih tinggi.

Karena itu, orang-orang yang mau mengubah karir biasanya mengikuti berbagai program pelatihan online. Dan, hal ini pun terbukti dengan data yang menunjukkan bahwa berbagai pelatihan online semakin diminati.

Tren Dunia Kerja Setelah Pandemi

Pandemi COVID-19 benar-benar mengubah dunia ke arah yang tidak terduga. Kalau itu mah kita semua tahu. Lalu apa tren yang perlu kita waspadai setelah pandemi selesai? Simak penjelasan berikut ini.

1. Skill yang dibutuhkan berubah

Masih menurut McKinsey, sekitar 100 juta orang perlu berubah karir akibat pandemi COVID-19. Orang-orang yang terdampak kebanyakan yang pendidikannya tidak sampai strata universitas, perempuan, dan bagian dari etnis minoritas.

Perubahan karir semacam ini, jelas menguntungkan industri pendidikan. Sebab, untuk bisa benar-benar beralih karir, pastinya pekerja perlu mempelajari skill set relevan di bidangnya.

riset mckinsey tentang covid

Namun, kebutuhan untuk mempelajari skill baru ini bukan cuma karena perpindahan karir saja. Konon, pekerja di masa depan memang harus mempelajari skill baru untuk dapat bertahan di dunia karir. Jenis skill yang dibutuhkan pun sedikit berubah dibandingkan kondisi sebelum pandemi.

Ke depannya, skill yang melibatkan kepekaan sosial dan emosional semakin dibutuhkan dibandingkan skill yang membutuhkan kognisi dasar. Lalu, skill yang berhubungan dengan teknologi juga makin diminati dibandingkan skill yang membutuhkan tenaga fisik.

Sebab, kognisi dasar dan tenaga fisik nantinya akan lebih banyak dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan dengan rentang gaji yang rendah. Sedangkan, pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus memerlukan skill emosional, sosial, dan penguasaan teknologi akan menawarkan rentang gaji yang jauh lebih tinggi.

Apabila kamu ingin siap untuk terjun ke dunia kerja, kamu harus punya skill yang mumpuni, sehingga banyak perusahaan yang akan tertarik untuk merekrutmu.

Untungnya, Bitlabs bersama Kampus Merdeka sedang mengadakan berbagai bootcamp spesial yang dapat mengembangkan skillmu di bidang IT dan AI. Mulai dari Web DevelopmentBusiness Analytics, hingga Artificial Intelligence.

Yuk kepoin programnya di sini!

CTA BANNER KARIR 02

2. Remote work

Pandemi membuat kerja remote atau kerja virtual semakin banyak diminati. Buktinya, filter “Remote” di LinkedIn penggunaannya meningkat sampai hampir 60 persen sejak Maret 2019. Di seluruh dunia, jumlah lowongan pekerjaan yang menawarkan opsi remote juga meningkat 2,5 kali lipat. 

Tren semacam ini tentunya sangat menguntungkan, baik untuk pencari kerja maupun perusahaan. Di satu sisi, kamu bisa bebas memilih pekerjaan yang sesuai dengan kriteriamu dimanapun lokasinya. Bahkan, kamu punya kesempatan untuk bekerja di perusahaan asing tanpa meninggalkan rumahmu.

Di sisi lain, perusahaan bisa menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan pekerja dengan kualifikasi terbaik dimanapun lokasinya. 

3. Fleksibel

Dunia kerja di masa depan juga relatif fleksibel dari sisi waktu. Bukan cuma karena pilihan sistem kerjanya yang banyak, seperti kerja part-time, freelance, project based, dsb.

Pekerjaan yang sistemnya full-time pun juga ikut berubah. Setelah pandemi, kerja full-time tidak akan sekaku sebelum-sebelumnya. 

Beberapa perusahaan sengaja menerapkan sistem flexible working hours. Dengan sistem ini, karyawan bebas menentukan jam kerjanya sendiri. Hal yang terpenting adalah targetnya terpenuhi.

Tidak sedikit juga perusahaan yang menerapkan sistem kerja empat hari. Ini dilakukan agar karyawan bisa bekerja secara efektif dan mendapatkan waktu libur yang lebih panjang. Menarik sekali, kan?

Baca juga: 11+ Rekomendasi Buku untuk Fresh Graduate

4. Work-life balance

Akibat pandemi, perusahaan kini lebih memperhatikan kesehatan mental pegawainya. Bahkan 77 persen perusahaan di Amerika Serikat menganggap topik kesehatan mental menjadi isu prioritas.

Alasannya, tentu sudah jelas. Pandemi tidak saja mempengaruhi kesehatan fisik orang tetapi juga kondisi mental. Terlalu lama tidak keluar rumah, bosan, tidak bisa bertemu dengan orang-orang terdekat, ditambah beban pekerjaan, jelas akan membuat orang stres.

Jika perusahaan tidak ikut memperhatikan, sudah pasti perusahaan juga akan mendapatkan imbasnya. Terutama, karena karyawan menjadi tidak produktif dan tidak bisa memenuhi target.
Untuk menghindari hal semacam itu, perusahaan kini lebih aktif memberikan fasilitas yang mendukung kesehatan mental karyawannya. Mulai dari akses ke psikolog secara gratis, acara sharing session dengan ahli kesehatan mental, dsb.

riset rentang mental health pandemi

Di samping itu, perusahaan juga mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendorong partisipasi karyawan. Mulai dari acara games, ngobrol bareng, nonton film, dsb. Ini dilakukan agar tiap karyawan tetap bisa berkomunikasi dengan nyaman dan tidak merasa kesepian. 

5. Penggunaan AI dan teknologi lainnya

Di masa pandemi dan setelahnya, penggunaan teknologi menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Riset dari McKinsey menunjukkan kalau pandemi ini membuat adopsi teknologi lebih cepat 7-10 tahun dari yang diperkirakan.

riset mckinsey tentang kondisi industri saat pandemi

Teknologi yang dipakai pun beragam. Mulai dari yang digunakan untuk kebutuhan internal dan komunikasi kantor (Slack, Zoom, Asana, dll), keamanan data (LastPass, ESET Security, VPN, dll), otomatisasi komunikasi dengan pelanggan (Intercom, WhatsApp Business), dan sebagainya.

Jadi jangan kaget kalau di interview kerja kamu ditanya, “apakah kamu familiar dengan program X?” Karena kemungkinan besar perusahaan akan mencari karyawan yang sudah berpengalaman dengan suatu program.

Pekerjaan yang Semakin Diminati Setelah Pandemi

Pandemi menyebabkan banyak orang berpikir ulang tentang pilihan karirnya. Nah, kalau kamu salah satunya, bisa nih beralih ke karir yang peluangnya cukup menjanjikan.

  1. Software developer ━ mengembangkan dan memperbaiki software. Bekerja untuk membantu infrastruktur IT milik perusahaan berkembang. Gaji di entry level: mulai dari Rp11 juta.
  2. IT manager ━ mengelola jaringan dan keamanan data, melakukan perbaikan software dan sistem, melakukan audit, dll. Gaji mulai dari Rp13 juta.
  3. IT security specialist ━ mengamankan sistem dan data yang ada di perusahaan, membuat rencana penyelesaian masalah semisal data kena hack, dll. Gaji mulai dari Rp9 juta.
  4. Digital marketer ━ mempromosikan produk dan layanan perusahaan lewat berbagai channel digital. Mulai dari website, SEO, SEM, email marketing, dsb. Gaji mulai dari Rp8 juta.
  5. Data scientist ━ menganalisis data mentah menjadi insight yang dapat berguna untuk pengambilan keputusan perusahaan. Gaji mulai dari Rp12 juta.

Baca juga: Ingin Tahu Jawaban Terbaik untuk Alasan Melamar Pekerjaan? Cek di Sini!

5+ Hard Skill dan Soft Skill yang Dibutuhkan dalam Dunia Kerja

Sampai di sini, kamu sudah cukup update dengan kondisi dunia kerja saat ini. Lalu, bagaimana caranya kamu bisa beradaptasi dan bertahan? Update skill jawabannya! Ini beberapa skill wajib yang perli kamu kuasai.

1. Mencari kerja

Lho kok mencari kerja termasuk skill, sih?

Kamu nggak salah baca kok. Mencari kerja juga termasuk skill wajib yang perlu kamu kuasai. Sebab, rata-rata orang seumur hidupnya akan berganti pekerjaan setidaknya 12 kali. 

Tidak sedikit bahkan yang berencana untuk berpindah haluan karir. Entah karena mengejar kenaikan gaji, jabatan, ataupun memang karena berubah ketertarikan. Kalau sekarang belum terpikir sampai ke sana… ya mungkin suatu saat kamu akan kepikiran.

Anyway, poinnya adalah… kamu perlu terus update tentang tren dan kondisi pasar dunia kerja. Entah itu dengan memantau postingan-postingan LinkedIn, ngikutin tips dan trik untuk menjalin koneksi, familiar dengan proses dan model perekrutan di perusahaan, ikut workshop dan seminar, dsb.

Oh ya, jangan lupa juga untuk cicil update CV atau resume kamu. Jaga-jaga aja daripada ketika butuh kamu bingung dan panik buat updatenya.

2. Percaya diri dengan skill yang kamu miliki

Kepercayaan diri adalah modal penting untuk tetap bertahan di dunia kerja. Kenapa? 

Sebab, dengan rasa percaya diri kamu akan lebih dipercaya oleh bos dan sesama rekan kerja. Dari situ, kamu akan dipercaya untuk terlibat dalam berbagai proyek yang bisa mengembangkan skill dan kepribadianmu. 

Dalam jangka panjang, kamu akan belajar bagaimana menggunakan kepercayaan dirimu itu untuk mempengaruhi orang lain. Apalagi, kalau kamu memang punya skill yang mumpuni. Ini semua akan membantumu itu sampai di posisi tinggi dalam perusahaan.

Nah, masalahnya bagaimana kalau kamu merasa kurang pede? Beberapa tips di bawah boleh lah kamu coba:

  • Fokus ke dirimu sendiri ━ abaikan hal negatif yang ada di kantor, seperti gosip, politik kantor, dan obrolan tidak produktif. Lebih baik fokus ke dirimu dan tugas yang kamu kerjakan.
  • Tonjolkan kelebihanmu ━ cari tahu apa yang bisa kamu lakukan lebih baik daripada orang lain. Ketika kamu terus-menerus melakukannya, orang lain akan menyadarinya dan menjadikanmu sebagai patokan.
  • Perbaiki kekuranganmu ━ jika ada kekurangan yang membuatmu tidak pede, jangan terlalu dibawa stres atau malah dijadikan alasan untuk tak melakukan sesuatu. Belajar lah untuk mengatasi dan memperbaiki kekurangan itu.
  • Percaya pada dirimu sendiri ━ percaya bahwa dirimu bisa berhasil dan menyelesaikan berbagai tantangan di dunia kerja.
  • Catat pencapaianmu ━ jadikan catatan ini sebagai pengingat kalau kamu lagi down. Bisa juga dijadikan bukti bahwa kamu memang kapasitas dan jago di bidangmu.
  • Tantang dirimu sendiri ━ sengaja ambil proyek yang menantang. Kalau kamu bisa menyelesaikannya dengan baik, rasa percaya dirimu pasti akan meroket.
  • Minta feedback dari orang lain ━ feedback dari orang lain membantumu melihat kelebihan dan kekurangan yang sering kali luput. Feedback juga membantumu untuk lebih fokus melakukan sesuatu untuk memperbaiki diri.

Semoga tips di atas membantumu meningkatkan skill percaya diri ya!

Baca juga: Ingin Tahu Jawaban Terbaik untuk Alasan Melamar Pekerjaan? Cek di Sini!

3. Menampilkan diri dalam wawancara dan di tempat lain

Skill yang satu ini jangan sampai kamu remehkan ya. Kemampuan untuk menampilkan diri secara baik di berbagai situasi itu benar-benar investasi lho! 

Dengan modal satu ini, kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu mau. Mulai dari karir impian, koneksi dan jejaring yang kuat, sampai dengan berbagai kesempatan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Lalu, bagaimana cara untuk bisa menampilkan diri dengan baik? Simak tips berikut ya

  • Perhatikan penampilan dan kebersihan diri ━ pastikan kamu rapi, bersih, berpakaian sepantasnya, dan menggunakan wewangian yang tidak berlebihan.
  • Hindari gestur yang menunjukkan kamu gugup ━ jangan hindari kontak mata dengan lawan bicara, membungkuk, sering menyentuh rambut, atau membunyikan sendi tangan.
  • Tunjukkan gestur yang percaya diri ━ bicaralah dengan jelas dengan volume yang bisa didengar, beri jawaban yang elaboratif (tidak sekadar ya, tidak, mungkin), dan hindari nada ragu-ragu. Jangan pernah menginterupsi omongan lawan bicara dan jangan meremehkan kemampuan dirimu sendiri.
  • Tunjukkan empati dan caramu memperlakukan orang lain ━ baiklah kepada orang-orang sekitar (resepsionis, waitress, dll), hindari kritik berlebih ke perusahaan sebelumnya, ucapkan terima kasih setelah interview dan kirim thank-you email setelahnya.
  • Perbaiki sifat-sifat yang membuat orang lain tidak tertarik ━ misalnya seperti arogan, malas, tidak menepati janji, suka mengeluh, tidak jujur, tidak bertanggung jawab, melanggar aturan, tidak antusias, tidak stabil, tidak sopan, dan kurang persiapan.

Baca juga: 15 Pertanyaan Interview Kerja dan Cara Menjawabnya

Gimana? Sekarang sudah lebih paham do & don’ts ketika menampilkan diri kan? 

Nah, masih ada tiga skill lagi yang perlu kamu kuasai. Yuk lanjut!

4. Asertif dan mau mengambil tindakan

Jadi asertif dan punya inisiatif itu nggak kalah penting ketika kamu mau berkarir. Sebaliknya, kalau kamu malu-malu dan menunggu disuruh untuk melakukan sesuatu, bisa jadi malah karirmu nggak bakal tahan lama. 

Bukan cuma stres dan burnout sendirian, kamu juga jadi terhambat buat berkembang dan dapetin promosi yang kamu idam-idamkan.

Eits, jadi asertif nggak sama seperti bossy atau agresif lho. Kamu tetep bisa jadi pribadi yang hangat dan ramah kok untuk jadi orang yang asertif.

Terus gimana sih biar bisa jadi asertif? Gini lhoo caranya…

  • Sadari kelebihan dan nilaimu ━ jangan anggap keberhasilanmu sekadar dari keberuntungan. Sadari kalau kamu memang punya kelebihan yang bisa kamu kontribusikan ke perusahaan.
  • Pahami apa yang jadi hakmu ━ cari tahu apa saja hal yang memang sudah seharusnya kamu dapatkan dan lakukan. Entah dari company value, peraturan, sampai deskripsi kerjamu. Asal kamu melakukan hal sesuai dengan semua itu, tak perlu takut dengan omongan orang. 
  • Kenali batasanmu ━ pahami hal apa saja yang jadi batasanmu ketika bekerja. Misal, kerja di luar jam kantor, dapat tugas di luar job desk utama, dihubungi ketika sedang cuti, dsb. Sebisa mungkin tolak hal-hal yang menurutmu mengganggumu. Karena kalau tidak, kamu bisa stres dan burnout.

Meskipun kelihatannya gampang, untuk benar-benar jadi asertif kamu terus berlatih. Jangan bosan-bosan untuk terus menerapkannya di kehidupan sehari-hari karirmu.

5. Menetapkan tujuan & targetmu

Namanya juga bekerja dan meniti karir, aneh juga rasanya kalau nggak bicara tentang tujuan dan target. Faktanya, ini juga jadi skill penting untuk dikuasai. Bukan cuma untuk memenuhi target perusahaan, tapi juga untuk perkembangan karirmu sendiri.

Sayangnya, kebanyakan orang sering sulit untuk menentukan tujuan dan targetnya sendiri. Alasannya mungkin karena di awal terlalu ambisius menaruh target. Jadi, ketika itu tidak tercapai, mereka terlanjur kecewa dan tidak mau membuat target lagi.

Padahal,bahaya juga kalau kamu menjalankan sesuatu tanpa target. Bisa jadi kamu kurang semangat, tidak termotivasi untuk memberikan yang terbaik, dan sulit untuk mengembangkan karir. 

Kamu mungkin sedang merasa begitu?

Nah, makanya kamu perlu memastikan tujuan dan target yang dibuat sudah masuk ke beberapa kriteria ini:

  • Spesifik ━ jangan buat target yang sifatnya terlalu umum, misal “sukses” atau “berhasil”. Definisikan targetmu sespesifik mungkin. 
  • Terukur ━ buat targetmu bisa diukur agar memudahkanmu mengevaluasinya. Misalnya, berikan deadline atau target angka yang jelas.
  • Realistis ━ buat target untuk sesuatu yang memang kamu lakukan, nggak ngadi-ngadi.
  • Ada aksinya ━ untuk setiap target, sertakan juga hal apa yang perlu kamu lakukan untuk mencapainya.

Selain tips di atas, kamu perlu pastikan juga kalau tujuan dan targetmu itu sifatnya positif ya! Misalnya, jangan jadikan “harus pindah kerja” sebagai targetmu karena konotasinya negatif. Sebaliknya, coba ganti dengan yang positif seperti “mendapatkan peluang karir baru”.

Dengan begitu, kamu pun lebih semangat dan senang ketika mengejar target. Okay?

6. Bertanya dan meminta bantuan saat dibutuhkan

Dahimu mungkin berkenyit ketika membaca skill yang satu ini. Lagi-lagi kamu nggak salah baca, kok.

Meminta bantuan itu hal yang lumrah dan bukan tanda kalau kamu lemah. Konon, kamu justru berani karena menunjukkan kalau dirimu tidak tahu dan mau belajar. Dengan cara yang tepat, skill ini bisa membawa karirmu melesat.

Itu kenapa tanya dan minta bantuan tidak boleh sembarangan dilakukan. Kalau sembarangan,  jatuhnya bakal kelihatan annoying. Jadi, ikutin triknya ya, sob! 

  • Coba usaha dulu, baru tanya ━ sebelum bertanya, usahakan kamu sudah semaksimal mungkin mengerjakan tugasmu. Lalu, jelaskan langkah yang sudah kamu ambil ke orang yang kamu tanyai. Ini akan menunjukkan kalau kamu punya inisiatif dan memang tertarik untuk belajar. 
  • Tanyakan sesuatu yang spesifik ━ pertanyaan yang kelewat umum biasanya takkan memberikanmu insight apa-apa. Makanya, tanyakan sesuatu yang spesifik. Misal, cara berpikir dan pertimbangan ketika melakukan sesuatu, cara menyikapi skenario tertentu, dll.
  • Bangun hubungan yang hangat ━ bangun hubungan yang hangat dan tidak “fake” dengan rekan kerjamu. Siapa tahu kamu diberi kesempatan untuk terlibat di proyek yang lebih serius. Apa malah, ia bersedia menjadi mentor karirmu.

Itu kira-kira semua softskill dunia kerja yang wajib kamu punya. Sekarang kita lanjut ke serba-serbi dunia kerja yang banyak orang kurang tahu. Apa itu? Yuk lanjut baca!

Hal-Hal yang Perlu Kamu Ketahui tentang Dunia Kerja

Langsung aja cuss baca untuk tahu pendapat “orang dalam” tentang dunia kerja.

1. Perusahaan dan pencari kerja punya sudut pandang beda tentang loker

Pernah ngalamin ketika lamaran kerjamu dicuekin HR perusahaan? Tidak ada kabar sampai berminggu-minggu lamanya?

Nah, ini sebenarnya adalah salah satu bukti perbedaan antara perusahaan dan pencari kerja dalam melihat loker.

Kebanyakan pencari kerja menganggap loker itu bisa diandalkan. Asal kirim CV dan resume saja pasti aman. Karena mereka menganggap dua dokumen itulah yang jadi penentu seseorang diterima bekerja atau tidak.

Padahal, proses perekrutan bagi perusahaan tidak sesimpel itu. Selain menerima CV dan resume, perusahaan sebenarnya sengaja menggunakan beberapa pintu rekrutmen sekaligus. Misalnya:

  • Koneksi dan rekomendasi ━ perusahaan lebih menyukai kandidat yang mereka kenal atau minimal mendapatkan rekomendasi dari orang yang mereka kenal. Bagi perusahaan, ini akan lebih aman daripada mempekerjakan orang yang tidak mereka kenal sama sekali.
  • Pernah terlibat di pekerjaan sebelumnya ━ perusahaan juga lebih menyukai orang yang pernah terlibat dengan mereka sebelumnya. Entah itu dari proyek freelance, kerja part-time, konsultan, dsb. Sebab, dari sini perusahaan sudah memahami bagaimana performanya.
  • Jalur portofolio ━ kalau tidak punya koneksi dan belom sempat berhubungan dengan perusahaan, jalur lain yang memungkinkan adalah portofolio. Jadi, performa dan kapasitasmu dibuktikan dengan hasil pekerjaan yang sebelum-sebelumnya.

Karena adanya jalur-jalur tersembunyi macam ini, jelas saja CV dan resume tidak lagi jadi dokumen sakti. Sebaliknya, untuk dapat pekerjaan kamu jadi harus pintar-pintar membangun jejaring. Minimal, dari rekan kerjamu yang dulu-dulu.

Disarankan juga buat kamu ikutan magang, melamar jadi pegawai kontrak, ataupun kerja part-time. Dengan begitu, kamu bisa peluangmu untuk diterima kerja full-time juga lebih besar.

Jangan lupa juga untuk perbanyak portofolio. Apapun bidang pekerjaanmu. Percayalah, ini bakal jadi investasi yang membedakan kamu dengan ribuan pencari kerja di luar sana. 

2. Ekspektasi antara perusahaan dan pencari loker berbeda

Di samping cara mendapatkan pekerja yang berbeda, ekspektasi antara perusahaan dan pencari kerja itu berbeda. 

Pertama, kamu mungkin menganggap proses rekrutmen itu “begitu-begitu aja”. Cukup kirim CV dan resume. Kalau cocok ya dipanggil wawancara, kalau enggak ya terima aja. Hehe.

Padahal, bagi perusahaan, memasang loker adalah “Hunger Games” untuk mencari calon pekerja terbaik. Jadi, semisal kamu belum keterima kerja, bukan berarti kamu nggak punya kapasitas. Bisa jadi, ada kandidat lain yang memang lebih cocok untuk perusahaan.

Kedua, kebanyakan pencari kerja berharap perusahaan yang akan menawari pekerjaan. Padahal, kenyataannya hanya sedikit sekali kasus yang seperti itu. Jika pun ada, posisi yang ditawarkan pun biasanya sangat teknis. Misalnya, software engineer, developer, cyber security, sysadmin, dsb.

Jadi, selama posisi yang kamu incar bukanlah teknis, jangan ragu untuk jadi yang aktif mencari peluang karir. HR perusahaan juga akan sangat berterima kasih padamu karena mempermudah pekerjaannya. 

Ketiga, kebanyakan menganggap pengalaman kerja adalah satu-satunya yang dipertimbangkan HR ketika rekrutmen. Padahal, perusahaan itu menilai keseluruhan hal tentang dirimu. 

Mulai dari bagaimana kamu menampilkan diri di sosmed, penampilanmu, bagaimana kamu menjawab pertanyaan di interview, dsb.

Keempat, pencari kerja berharap dikabari HR ketika dokumen resume atau CV-nya diterima. Terutama kalau mereka melamar dari website resmi perusahaan atau LinkedIn pribadi HR.

Kenyataannya, HR menerima ratusan bahkan ribuan dokumen yang sama dari pencari kerja lainnya. Jadi, mereka tidak akan sempat membalas satu per satu. Itu mengapa, kamu tidak perlu overthink dan baper.

3. Waktu mencari loker tidak bisa diprediksi

Ada banyak faktor yang menyebabkan waktu pencarian kerja tidak bisa diprediksi. Beberapa faktor yang bisa dijelaskan antara lain:

  • Tingkat persaingan yang tinggi untuk posisi dengan skill kompleks dan gaji yang besar. Proses dan waktu tunggunya bisa lama.
  • Pekerjaan dengan kompetensi rendah dan gaji rendah biasanya diproses sangat cepat. 
  • Perusahaan belum menemukan kandidat yang tepat.
  • Ada masalah internal sehingga proses perekrutan ditunda.
  • Ketidaktersediaan waktu akibat tanggal merah, cuti, dan event yang menyulitkan waktu interview.

Selain faktor-faktor yang sangat dipengaruhi perusahaan, ada faktor yang disebabkan oleh pencari kerjanya sendiri. Misal, tidak bisa menunjukkan skill yang dibutuhkan, tanggungan keluarga dan pendidikan, masalah kesehatan, sampai masalah transportasi.

4. Waktu bekerja di satu perusahaan biasanya tidak lama

Berbeda dengan orang tua kita yang bisa bekerja di satu tempat hingga belasan atau puluhan tahun, generasi sekarang cenderung suka untuk berpindah-pindah perusahaan. 

Menurut survey, sebanyak 93 persen pekerja usia 18-24 tahun bekerja kurang dari lima tahun di sebuah perusahaan. Tren yang sama juga ditunjukkan oleh pekerja yang usianya lebih tua. 

Sebanyak 36 persen pekerja usia 35-44 tahun mengaku bekerja di suatu perusahaan kurang dari setahun. Sisanya, yaitu 74 persen, bekerja kurang dari lima tahun.

Lagi-lagi ada banyak faktor yang menyebabkan hal macam ini terjadi. 

Pekerja yang memutuskan untuk bekerja lama di suatu perusahaan bisa disebabkan karena kewajiban untuk mengurus keluarga, peluang beralih karir yang terbatas, sampai dengan kesulitan untuk belajar skill yang dibutuhkan untuk berpindah karir.

Di sisi lain, mereka yang lebih suka berpindah-pindah juga memiliki pertimbangannya sendiri. Misal, mereka lebih menyukai proyek jangka pendek agar lebih fleksibel. Part-time job agar punya hidup yang seimbang atau ingin sambil fokus berbisnis.

5. Sebenarnya kita selalu mencari loker

Karena waktu bekerja di suatu perusahaan makin pendek, sebenarnya kita ini ada di posisi selalu mencari pekerjaan lho. Entah disengaja dengan mengirimkan CV dan resume ke berbagai job portal, ataupun yang tidak disengaja seperti ditawari pekerjaan dari pesan LinkedIn.

Itu kenapa, skill mencari pekerjaan jadi modal wajib untuk bertahan di dunia kerja. Jadi, sewaktu-waktu ada kesempatan, kamu bisa memanfaatkannya dengan baik.

6. Kebanyakan proses loker beralih ke online

Dengan perkembangan teknologi yang makin canggih, tidak perlu heran lagi kalau proses mencari kerja akan beralih ke online. Itu mengapa, kamu perlu familiar dengan berbagai hal online yang kamu hadapi.

Misal, untuk mencari kerja kamu sudah harus familiar dengan berbagai platform online yang tersedia. Mulai dari LinkedIn, JobStreet, Glints, Kalibrr, dan sebagainya.

Kamu juga bisa menjalankan personal branding di berbagai media sosialmu. Mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, sampai Pinterest agar kelihatan lebih pantas ketika di-kepo oleh HR.

Lalu, akan sangat membantu juga kalau kamu mulai berkenalan dengan berbagai tools yang mendukung pekerjaan. Misalnya, Trello atau Asana untuk memanajemen proyek atau tugas, Zoom untuk video call, Discord untuk chat dan komunikasi.

Semakin familiar kamu dengan berbagai teknologi ini, tentu saja peluangmu jadi lebih besar. Kamu bisa dihubungi lewat mana saja. Pun, kamu juga terlihat lebih adaptif dengan dunia kerja.

Mantap, bukan?

Jadi, Sudah Siapkah Kamu Terjun ke Dunia Kerja?

Akhirnya, sampai juga kita di akhir artikel ini. Dari bacaan ini, kamu jadi tahu kalau dunia kerja ikut berubah akibat pandemi. Biar tidak lupa, ini dia beberapa poin penting yang perlu kamu catat:

  • Dunia kerja berubah menjadi lebih fleksibel dengan adanya remote work, tren work-life balance, dan penggunaan berbagai teknologi komunikasi.
  • Peluang karir yang menjanjikan ada di sektor IT. Mulai dari software developer, IT security specialist, digital marketer, sampai data scientist.
  • Skill yang dibutuhkan untuk bekerja juga makin beragam. Mulai dari pencari kerja itu sendiri, menampilkan diri, menjadi asertif, menetapkan tujuan dan target, serta kemampuan untuk minta bantuan.
  • Ada banyak perbedaan mindset antara pencari kerja dan perusahaan. Perbedaan ini perlu kamu pahami agar bisa menyesuaikan dengan permintaan perusahaan.

Oke! Itu dia semua serba-serbi dunia kerja yang wajib kamu tahu. Harapannya kamu sudah bisa mengenal dunia kerja dengan lebih dalam dan mantap melanjutkan perjalanan karir selanjutnya.

Jika kamu ingin segera siap untuk terjun ke dunia kerja, Bitlabs x Kampus Merdeka Studi Independen menyediakan program bootcamp menarik yang dapat mengasah skillmu di berbagai bidang, seperti business analyticsproduct management, hingga web development

Penasaran? Klik banner di bawah untuk cari tahu lebih lanjut:

CTA BANNER KARIR 01

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cara Mendapatkan Uang dari TikTok

7 Cara Mendapatkan Uang dari TikTok untuk Pemula

text editor terbaik

10+ Rekomendasi Text Editor Terbaik