design thinking adalah

Design Thinking: Pengertian, Tahapan & Contohnya

Untuk memecahkan permasalahan di dalam dunia bisnis modern, kehadiran design thinking adalah keajaiban. Design thinking membuat berbagai inovasi yang diluncurkan berorientasi pada kebutuhan penggunanya.

Maka tak heran, perusahaan sekelas Netflix, OralB, bahkan GoJek pun menggunakannya untuk mencari solusi bisnis yang lebih efektif dan kompetitif.

Nah, artikel ini akan mengupas secara lengkap tentang design thinking. Mulai dari apa itu design thinking, tahapan design thinking, sampai contoh design thinking. Kalau kamu makin penasaran, yuk simak sampai tuntas!

Apa itu Design Thinking?

Design thinking adalah strategi untuk memecahkan masalah bisnis secara kreatif dengan memposisikan kebutuhan pelanggan di atas segalanya. Dalam prosesnya, design thinking melibatkan langkah-langkah yang iteratif atau berulang-ulang. Dengan begitu, solusi yang ditawarkan akan relevan, bermanfaat, dan terbaik bagi pengguna. 

Untuk menerapkan design thinking, ada serangkaian tahapan design thinking yang perlu dilalui. Mulai dari proses mencari tahu dan mendefinisikan masalah, merumuskan ide, pembuatan prototipe, mengumpulkan umpan balik dari pelanggan, sampai perbaikan.

Penjelasan soal tahapan design thinking ini akan dibahas di bagian selanjutnya.

Nah, meskipun design thinking dekat dengan praktik di perusahaan modern, cikal bakalnya justru sudah hadir sejak lama. Yaitu sekitar masa Revolusi Industri III dan Perang Dunia II di rentang tahun 1950 sampai 1960-an. 

design thinking

Design thinking adalah konsep yang sempat disinggung oleh John E. Arnold dalam Creative Engineering (1959) dan L. Bruce Archer dalam Systematic Method for Designers (1965).

Namun, Herbert A. Simon yang merupakan ilmuwan kognitif dan penerima Penghargaan Nobel, adalah orang pertama yang mengonsepkan design thinking sebagai sebuah “cara berpikir” dan sebagai sebuah pendekatan yang bisa dikembangkan.

Catatan sejarah ini terpublikasi pada 1969 dalam bukunya The Sciences of the Artificial. Sejak saat itu, Simon aktif menyumbangkan pemikiran tentang topik terkait sepanjang tahun 1970-an.

Simon lah yang melihat hubungan tak terpisahkan antara kombinasi sumber daya manusia dengan kebutuhan teknologi serta strategi bisnis. Tak heran kalau kemudian berbagai hal yang telah ia tuangkan lalu dipakai sebagai prinsip design thinking hingga sekarang.  

Bahkan dari buah pikirannya itulah design thinking bisa dipakai di bidang penyedia barang/jasa, arsitektur, teknik, kesehatan, dan lain sebagainya.

Manfaat Design Thinking

Ada banyak manfaat design thinking yang bisa diperoleh. Terutama untuk perusahaan teknologi yang ingin membuka peluang usaha baru, antara lain:

1. Menciptakan ide bisnis yang relevan

Manfaat design thinking yang utama adalah menciptakan ide bisnis yang relevan. Hal ini dilakukan dengan ikut memecahkan masalah yang dihadapi calon konsumen. 

Dengan modal pendekatan yang berorientasi pada manusia, kamu dapat menyingkap berbagai permasalahan yang dihadapi konsumen. Jika dilakukan secara tepat, kamu bahkan bisa menemukan masalah yang konsumen tidak sadari. Dari sini lah solusi inovatif muncul.

Karena solusi yang relevan, besar kemungkinan bisnismu diminati konsumen. Akan mudah juga bagimu untuk menggaet mereka menggunakan produkmu.

2. Mengurangi risiko gagal

Tahapan design thinking mengharuskan adanya proses testing. Hal ini dilakukan untuk memastikan produk yang dibuat benar-benar bagus dan relevan untuk konsumen. 

Di saat yang bersamaan, tahapan ini juga mengurangi risiko gagal. Hal ini dilakukan dengan membuat prototipe produk sebelum memproduksinya secara masal. Dengan begitu, biaya besar akibat kesalahan produksi bisa diminimalisasi.

3. Meningkatkan loyalitas pelanggan

Kembali lagi, design thinking memastikan pendekatan bisnis yang bermuara pada pelanggan. Mereka akan lebih mudah merasa puas jika produk yang dibeli memang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi. Mereka merasa “didengar”.

Mengingat design thinking merupakan proses yang terus-menerus dilakukan, maka kepuasan pelanggan pastinya akan jadi hal yang utama. Jika hal tersebut bisa dijaga dengan baik, jangan heran kalau kemudian pelanggan pun akan loyal untuk jangka panjang.

4. Lebih siap menghadapi tantangan

Design thinking membekali perusahaan dengan mentalitas siap menghadapi tantangan. Perusahaan menjadi lebih responsif terhadap tren, data, dan perkembangan yang dihadapi di industrinya.

Kalau sudah begitu, apapun yang terjadi perusahaan akan tetap berjaya. Karena, ia bisa membuat solusi dan produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Kalau dilakukan dengan baik, perusahaan bahkan bisa menjadi pioner yang memimpin dalam industri.

5. Dapat diaplikasikan di seluruh perusahaan

Hal paling menarik dari design thinking adalah ia tidak terbatas hanya untuk industri kreatif. Konsep ini memanfaatkan pemikiran kolektif dan mendorong kolaborasi lintas tim demi kesuksesan produk di pasar. Terlebih lagi, ia dapat diterapkan di industri apa pun asalkan ada permasalahan konsumen yang ingin dipecahkan.

Dengan memahami design thinking, kamu akan memiliki bekal untuk memulai karir di bidang bisnis atau desain. Skill ini juga berguna jika kamu ingin berkarir sebagai web developer lho!

Jika kamu tertarik untuk menekuni profesi ini, kamu bisa mengikuti bootcamp web developer yang diadakan Bitlabs bersama Kampus Merdeka.

Yuk klik banner di bawah ini untuk cek programnya!

CTA BANNER WEB DEVELOPMENT 02

Tahapan Design Thinking

design thinking process

Berikut adalah tahapan design thinking, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Baca penjelasan lebih lengkap di bawah ini:

1. Empathize

Tahap pertama adalah empathize. Inti dari tahap ini adalah berempati dengan masalah yang dialami dan dirasakan oleh pengguna. Empati sangat penting untuk membantu pemecahan masalah dalam design thinking karena memang ini berkaitan langsung dengan manusia dan aktivitas harian yang dilakukan.

Untuk mendapatkan insight soal ini, kamu bisa melakukan riset. Bisa dengan mengamati konsumen, melakukan wawancara, menggelar survey, dan sebagainya. Kamu bahkan juga bisa berkonsultasi dengan pakar untuk mengetahui gambaran lebih lanjut tentang area yang menjadi fokusnya. 

2. Define

Define adalah tahap di mana kamu mulai menyaring informasi yang relevan dari risetmu. Pilah-pilah hasil observasi dan cari apa sebenarnya permasalahan inti yang paling mencolok dari temuan yang ada.

Ingat, tahap mendefinisikan masalah ini harus dilakukan dengan berorientasi pada konsumen. Jangan campurkan kepentingan perusahaan dalam proses ini. Tujuannya, agar solusi yang dibuat nantinya tetap objektif dan relevan untuk pengguna.

Tahap ini berperan besar untuk menentukan arah kemana produk atau bisnis ingin dibawa. Termasuk juga pengembangan fitur, fungsi, dan elemen lain demi memecahkan masalah yang dihadapi.

3. Ideate

Di tahap pengolahan ide design thinking ini, tim siap untuk merumuskan ide yang aplikatif. Tentu saja ide yang diolah didasarkan pada temuan-temuan di tahap sebelumnya. 

Agar lebih mudah mengolah ide, ada beberapa teknik yang bisa kamu coba:

  • Brainstorming: proses mencari ide secara bebas berdasarkan batasan masalah yang ditentukan
  • Mindmapping: proses memetakan ide berikut komponen-komponennya dalam bentuk visual
  • Storyboard: proses membuat sketsa skenario yang berurutan untuk menunjukkan ide secara jelas

Dengan teknik di atas, kamu bisa menghasilkan sangat banyak pengembangan ide yang potensial. Bahkan, kamu juga bisa memetakan gambaran detail tentang solusi, langkah-langkah berikutnya, antisipasi skenario, dan spesifikasi fitur yang mau dibuat.

4. Prototype

Untuk mencari tahu apakah idenya sudah aplikatif atau belum, tentu saja kamu perlu mengujinya langsung. Caranya adalah dengan membuat contoh produk alias prototype.

Contoh produk ini tidak harus bagus dan sempurna. Kamu bisa membuat produk dalam versi sederhana alias minimum viable product (MVP). Prinsipnya, prototipe ini bisa mewakili bagaimana ide bisnismu bekerja.

Dengan membuat prototipe sederhana, kamu tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu dan uang untuk tahu apakah calon produkmu berhasil atau tidak.

5. Uji coba

Setelah melalui tahap prototype, kini tim sudah siap untuk menguji produk.

Kamu bisa melakukan pengujian di lingkungan yang mudah dikontrol. Misalnya di dalam tim, di dalam perusahaan, maupun di kelompok kecil yang sengaja dibuat. Namun, pastikan kalau lingkungan testing-mu cukup bisa mewakili kondisi yang sebenarnya.

Dengan begitu, akan lebih mudah bagimu mengidentifikasi tambahan, pengurangan atau langkah perbaikan lain untuk produkmu. Jika sudah memenuhi harapan, kamu tinggal melakukan perilisan untuk publik yang lebih luas.

Contoh Design Thinking

Design thinking bukan hanya konsep, melainkan sudah diterapkan di banyak perusahaan. Berikut adalah beberapa contoh design thinking dari perusahaan.

1. GoFood

gofood design thinking

Salah satu lini layanan aplikasi GoJek ini tercatat mampu melakukan penetrasi pasar dengan waktu yang relatif cepat. Kurang dari lima tahun, masyarakat sudah sangat fasih dalam mengaksesnya.

Salah satu penyebabnya karena GoFood mampu memahami “empati” penggunanya. Misalnya, ia paham bahwa kultur makanan tiap daerah berbeda-beda. Oleh karena itu, di aplikasi pun tertampil pilihan makanan sesuai dengan selera, tren, hingga kekhasan daerah masing-masing.

Selain itu, untuk GoFood umumnya algoritma aplikasi sudah diperbaiki sedemikian rupa agar proses dari pemesanan hingga pengiriman dapat dilakukan seefisien mungkin. Praktik semacam ini patut diapresiasi. Apalagi, yang diantar ini adalah barang konsumsi.

2. Netflix

logo netflix baru

Contoh design thinking produk seperti Netflix membuktikkan bahwa pendatang baru bisa merajai industri layanan streaming.

Di awal pergulatannya ia memiliki pesaing utama bernama Blockbuster. Kompetitor itu beroperasi dengan mengharuskan pelanggan untuk pergi ke toko fisik demi menyewa dan mengembalikan DVD. Bayangkan, berapa banyak konsumen yang males banget buat bolak-balik begitu.

Netflix menghilangkan ketidaknyamanan itu dengan menyediakan layanan pengiriman DVD sewa langsung ke rumah pelanggan dengan model bisnis berlangganan. Tidak berhenti sampai di situ, mereka berani mencoba medium baru bernama streaming dengan target jangka panjang.

Benarlah. Beberapa tahun setelah masa kejayaan tontonan berbentuk piringan, kemajuan teknologi semakin pesat dan berjasa membuat tontonan streaming sangat mudah diakses. Orang tak perlu lagi menunggu paket datang. Netflix pun memetik buahnya. Ia menjadi pemain utama, top of mind.

Baca juga: Studi Kasus Netflix, Raih Ratusan Juta Pengguna Berkat Big Data

3. Oral B

oralb design thinking

Ketika Oral B ingin merambah bisnis sikat gigi elektrik, ia meminta bantuan desainer Kim Colin dan Sam Hecht.

Perusahaan meminta penambahan fungsi bagi pengguna sikat gigi elektrik. Misalnya: melacak frekuensi menyikat gigi, mengamati sensitivitas gusi, sampai bisa memutar musik.

Namun, saat melakukan proses design thinking, Colin dan Hecht mendapati bahwa menyikat gigi adalah aktivitas “sakral” bagi banyak orang. Pengguna tidak menginginkan fungsionalitas tambahan. Justru penambahan fitur bisa bikin stres.

Kabar baiknya, mereka menemukan dua rekomendasi yang bisa diterapkan dan punya dampak positif: kemudahan dalam mengisi ulang baterainya sekaligus kemudahan dalam mengganti kepala sikat gigi.

Brilian bukan? Berkat, design thinking rekomendasi yang diberikan memang langsung menyasar ke harapan konsumen, bukan sekadar gimmick.

Mau Coba Design Thinking?

Design thinking adalah proses kreatif dalam bisnis yang bisa merekatkan relasi antara perusahaan melalui produk-produknya dengan konsumen. Ia membantu untuk menemukan solusi inovatif yang menyelesaikan masalah pengguna.

Pengaplikasian design thinking yang matang tidak hanya akan menguntungkan konsumen, tetapi juga menghindarkan perusahaan dari potensi kerugian. Entah rugi waktu dan tenaga karena merilis produk di waktu yang salah maupun rugi biaya karena ternyata produknya ditolak pasaran.

Menariknya, karena design thinking adalah proses yang tidak bisa dipisahkan dari pembuatan produk. Hampir semua divisi perusahaan perlu memahami konsepnya. Itu mengapa design thinking juga diajarkan di pekerjaan bidang data science dan digital marketing.

Bila kamu ingin mempraktikkan skill design thinking sebagai web developer, kamu bisa coba gabung bootcamp web developer Bitlabs. Di sini kamu akan belajar rame-rame, dibimbing dengan praktisi pro, dan terjun dalam proyek kerja nyata.

Tunggu apa lagi? Yuk belajar coding dengan Bitlabs!

CTA BANNER WEB DEVELOPMENT 01

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

growth mindset adalah

Growth Mindset: Arti, Manfaat, dan Cara Mengembangkannya

teknik pengumpulan data kuantitatif

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif: Definisi dan Contohnya